Minggu, 02 Juni 2013

Beasiswa DataPrint

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada web ini!
Pendaftaran periode 1 : 1 Februari – 30 Juni 2013
Pengumuman                : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                : 13 Januari 2014

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000@ Rp 500.000@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
150 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
150 orang

Informasi lebih lengkap mengenai beasiswa DataPrint ini dapat dilihat di:

Sumber:

Minggu, 14 Oktober 2012

Pencemaran Air



Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danausungailautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.
Walaupun fenomena alam seperti gunung berapibadaigempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Persoalan polusi air Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit,dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Diperkirakan 700 juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena penyakit diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air hingga tingkatan tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman. Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45 persen dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen dari teluk dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.

Penyebab

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
  • Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
  • Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
  • Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berattoksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
  • Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
  • pencemaran air oleh sampah
  • Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan

Akibat

  • Dapat menyebabkan banjir
  • Erosi
  • Kekurangan sumber air
  • Dapat membuat sumber penyakit
  • Tanah Longsor
  • Dapat merusak Ekosistem sungai
  • Kerugian untuk Nelayan

Sumber:

Rabu, 10 Oktober 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN IPA UNTUK SEKOLAH DASAR

Kecakapan Proses
IPA tidak dapat diajarkan sebagai suatu materi pengetahuan, yang disampaikan dengan metoda ceramah,melainkan melalui pembelajaran siswa aktif. Model pembelajaran penemuan (discovery-inquiry) merupakan pembelajaran siswa aktif, dimana siswa belajar dan berlatih untuk memiliki dan menguasai konsep-konsep dasar sains secara tuntas (mastery learning).
Tujuan pendidikan sains di SD hendaknya lebih menekankan kepada pemilikan kecakapan proses atau kecakapan generik dibandingkan dengan penguasaan konsep, karena kecakapan generik merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa, agar siswa dapat mempelajari bidang studi lainnya sesuai dengan minatnya. Kecakapan generic yang dimiliki siswa SD akan berfunsi menjadi alat bagi mereka untuk menggali konsep-konsep keilmuan yang diminatinya, pada jenjang pendidikan berikutnya
Adapun kecakapan proses yang harus dimiliki siswa adalah :
1. Kecakapan observasi
2. Kecakapan klasifikasi
3. Kecakapan Pengukuran
4. Kecakapan memprediksi
5. Kecakapan inferensi (pengambilan kesimpulan)
6. Kecakapan membuat hipotesa
7. Kecakapan komunikasi
Selain penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan keterampilan ilmiah, siswa juga seharusnya memperoleh nilai religius, karena pada dasarnya IPA adalah bagaimana mempelajari ciptaan Allah swt. Rasa keingintahuan untuk mengamati fenomena alam, nilai kejujuran harus melekat pada diri seorang saintis kecil.

Model Inquiry
Ada banyak model pembelajaran sain atau IPA. Diantaranya model inquiry. Pembelajaran IPA berbasis inkuiri dideskripsikan dengan mengajak siswa dalam kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA sebagaimana para saintis mempelajari dunia alamiah.
Trowbridge, et al. (1973) mengajukan tiga tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Tahap pertama adalah belajar diskoveri, yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi hasil alterna-tif. Tahap kedua inkuiri terbimbing (guided inquiry), yaitu guru me-ngajukan masalah dan siswa menentukan penyelesaian dan prosesnya. Tahap ketiga, adalah inkuiri terbuka (open inquiry), yaitu guru hanya memberikan konteks masalah sedangkan siswa mengindentifikasi dan memecahkannya.
Menurut NRC (1996) pembelajaran berbasis inkuiri meliputi kegiatan observasi, mengajukan pertanyaan, memeriksa buku-buku dan sumber-sumber lain untuk melihat informasi yang ada, merencanakan penyelidikan, me-rangkum apa yang sudah diketahui dalam bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan interpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Dari pandangan pedagogi, pengajaran IPA berorientasi inkuiri lebih mencerminkan model belajar konstruktivis. Belajar adalah hasil perubahan mental yang terus mene-rus sebagaimana kita membuat makna dari pengalaman kita.
Menurut NSTA & AETS (1998) jantungnya inkuiri adalah kemampuan mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu dalam pembelajaran seharusnya guru lebih banyak mengajukan pertanya-an open ended dan lebih banyak merangsang diskusi antar siswa. Keterampilan bertanya dan mendengarkan secara efektif penting untuk keberhasilan mengajar.
Akhirnya, berbagai model, pendekatan atau strategi apapun dalam pembelajaran, harus disajikan guru dalam kemasan yang menarik sehingga membangun minat siswa untuk belajar. Jika guru,sudah menerapkan 3 prinsip strategi pembelajaran IPA, yaitu memahami konsep ilmiah, keterampilan ilmia dan nilai religius dengan model pembelajaran IPA yang menggugah selera belajar siswa, maka nilai akademis pun insya Allah akan diraih.



Metode Belajar dengan Bermain untuk IPA di Sekolah Dasar

Pendahuluan
Saat ini beban pendidikan di usia sekolah dasar sudah sangat berat. Siswa dibebankan dengan banyak mata pelajaran bersifat hafalan yang membosankan.Ditambah lagi dengan buku bacaan pelajaran tidak menarik, situasi belajar monoton dan metode penyampaian pelajaran tidak berkembang membuat siswa sekolah dasar menjadi engan ke sekolah.Ketertarikan untuk belajar menjadi berkurang yang pada akhirnya dapat menghambat kretifitas dan bakat anak sekolah. Padahal usia sekolah dasar adalah usia paling penting bagi pembentukan bakat anak pada bidang tertentu.
Salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah dasar adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).Buku teks IPA yang diberikan disekolah terkadang tidak menarik perhatian siswa, hal ini dikarenakan format buku yang banyak berisi tulisan dan hanya sedikit gambar.Siswa sulit menangkap dan memahami isi yang terkadang didalam buku IPA karena isi buku IPA bersifat abstrak dan banyak berisi rumusan teori yang harus dihapal tanpa diberi kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkanya secara langsung.Metode belajar yang hanya menghapal pada mata pelajaran IPA menjadikan mata pelajaran ini tidak menarik.
Dunia anak adalah dunia bermain, sehingga pendekatan dengan metode bermain akan lebih efektif.  Selain itu menurut phiskolok pendidikan dengan disertai metode bermain sangat cocok bagi anak dikarenakan pada masa ini anak-anak Guru harus pintar-pintar untuk memanfaatkan hal itu demi pembelajaran peserta didik. Dalam bermain anak juga akan mendapatkan pendidikan sendiri, sehingga guru tidak salah jika mengontrol pendidikan yang mereka dapat dari bermain. Metode bermain dalam pembelajaran  pada saat ini menjadi pilihan para guru dalam mendidik siswa-siswanya di sekolah. Selain metode bermain sangat diminati oleh anak-anak , metode nelajar dengan bermain juga dapat merangsang imajinasi dan ketrampilan anak, sehingga penyampaian materi lebih cepat dipahami oleh siswa. Selain itu banyak sekali mata pelajaran yang dapat manggunakan metode ini, antara lain pelajaran IPA.Sehingga kelompok kami tertarik untuk membahas metode tersebut.
Banyak sekali pihak-pihak yang lain yang juga menggangkat masalah ini. Misalnya saja kita ambil contoh Agus triantoko dan makalah yang dipublikasikan dalam anggoro putri’s weblog.Dalam karyanya membahas secara umum saja, tidak secara khusus. Selain itu banyak karya-karya yang hanya membahas metode bermain secara umum saja tidak menjurus seperti karya ilmiah yang  kami susun ini.
Adapun beberapa masalah yang di hadapi dalam penyampaian metode belajar denang bermain antara lain:
1.      Apa  yang dimaksud dengan metode belajar dengan bermain?
2.      Bagaimanakah penerapan metode ini terhadap siswa SD?
3.      Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode ini?

Sedangkan tujuan dari metode ini adalah:
1.         Untuk mengetahui pengertian dari metode belajar dengan bermain
2.         Untuk mengetahui bagaimana penerapan dari metode pembelajaran ini
3.         Untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan dari metode ini

2.      Pengertian belajar dengan bermain
Sebutan Sekolah Dasar mengandung makna tempat yang nyaman untuk Belajar.Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu guru Sekolah Dasar  harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan.Namun Metode yang digunakan harus berkenaan dengan pendidikan IPA SD -sebagaimana tertuang dalam kurikulum- pada kegiatan pembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep- konsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi siswa.
Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai “ukuran utama” prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran. Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses IPA. Oleh karena target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong untuk menghadirkan fenomena-fenomena alam – betapa pun melalui alat peraga sederhana – ke dalam pembelajaran IPA. 
Bermain merupakan cara yang paling baik untukmengembangkan kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Hal diatas meupakan contoh perkembangan system belajar mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Namun dalam sekolah dasar sebenarnya tidak semua kelas memperoleh system belajar dengan bermain,hanya kelas rendah saja yang pada umumnya memperoleh karena mereka butuh penyesuaian dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.
Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat-tingkat berikutnya. Dalam proses perkembangan anak melalui bermain, akan ditemukan istilah sumber belajar (learning resources) dan alat permainan (educational toys and games). Mayke (1966) mengatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembang-kan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai konsep bermain tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai konsep bermain sudah barang tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak.
Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pada saat bermain guru perlu mengetahui saat yang tepat untuk melakukan atau menghentikan intervensi. Apabila guru tidak memahami secara benar dan tepat, hal itu akan membuat anak frustasi atau tidak kooperatif dan sebaliknya. Melalui bahasa tubuh si anakpun kita sudah dapat mengetahui kapan mereka membutuhkan kita untuk melakukan intervensi.Bobbi dePorter dalam Quantum Learning (1999:22-24) menginformasikan kepada kita tentang pentingnya menciptakan suasana kelas sebagai tempat ‘ bermain sambil belajar ‘ yang aman dari caci maki dan ancaman serta bermakna bagi siswa.

3.      Penerapan metode belajar dengan bermain 
Metode belajar dengan bermain dapat diterapkan dengan berbagai macam cara diantaranya guru memberikan contoh mendendangkan lagu sambil menunjuk bagian tubuhnya dan guru meminta muridnya untuk bernyayi bersama-sama seperti lagu” dua mata saya hidung saya satu dua kaki saya pakai sepatu baru, dua telinga saya yang kiri dan kanan satu mulut saya tidak berhenti makan”, dengan diberikan metode seperti itu peserta didik diharapkan akan lebih cepat menerima materi tentang organ tubuhnya, setelah itu pendidik diharapkan menerangkan kembali tentang apa pembahasan yang disampaikanya. Guru sebagai pendidik juga bisa menjelakan dengan cara menunjuk bagian tubuhnya dan murid diminta mengikutinya, guru meminta murid maju kedepan dan menyebutkan bagian tubuh yang ditunjuk, guru mendekte soal latihan dan menunjuk salah seorang murid (bergantian) untuk menjawabnya, murid menjawab berdasarkan imajinasinya terhadap gambar, murid juga diminta untuk menuliskan jawabanya dibuku latihan tulisnya. Bermain tebak-tebakan guru meminta muridmemperagakan kegiatan ini dan menjawab apa yang terjadi secara lisan, setelah selesai peragaan, semua murit diminta melengkapi kalimat sesuai dengan respon imajenasinya.
Peserta didik diberikan waktu renggang untuk memikirkan jawabanya sehingga peserta didik dapat berfikir sendiri sesuai apa yang ada di fikiranya, dengan demikian peserta didik skan sedikit banyak bisa mengembangkan imajinasinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Namun disamping itu pendidik harus senantiasa mengontroldan memperhatikan tiap peserta didik agar pembelajaran dikelas tetap berjalan dengan baik dan tidak akan muncul kegaduhan di sela-sela pembelajaran. Belajar dengan bermain sebenarnya banyak cara penerapanya kususnya di Sekolah Dasar sebab di usia sekolah dasar peserta didiknya harus senantiasa di kembangkan kemampuan dan kreatifitasnya dalam aspek apapun agar peserta didik dapat berkembeng dengan baik dan mampu mempelajari pelajaran-pelajaran dengan maksimal dan memahami materi yang disampaikan pendidik.
Selain dengan hal di atas,guru juga dapat menerapkan metode belajar dengan bermain ini pada kelas rendah di Sekolah Dasar dengan mengajak para murid untuk belajar di luar ruang kelas. Misalnya saja pada mata pelajaran IPA guru mengajak murid untuk langsung mengetahui beberapa jenis tumbuhan beserta manfaatnya. Dengan langsung mengetahui objek yang dipelajari akan membuat siswa menjadi lebih cepat menguasai materi dibanding dengan guru menggunakan metode caramah yang belum tentu semua murid mengetahiu objek yang dipelajari saat itu. Dalam pembelajaran IPA yang lain misalnya yaitu proses mencangkok yang harus dipraktekkan,guru bisa mengajak murid-muridnya keluar kelas untuk praktek dan sebelumnya siswa membawa bahan dari rumah apabila di lingkungan sekolah tidak ada tumbuhan yang bisa dicangkok. Selain dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk belajar,peserta didik juga dapat diajak untuk melakukan praktik baik di dalam maupun di luar kelas.Lapangan di sini merupakan lingkungan sekolah atau tempat-tempat yang mendukung untuk berlangsungnya pembelajaran.Praktik yang dilakukan tidak seperti halnya praktik pada tingkat pendidikan atas namun praktik ini lebih mengutamakan pemahaman siswa akan materi melalui permainan. Sebagai contoh dalam praktik mata pelajaran IPA yang membahas mengenai cara perkembangbiakan tumbuhan dengan cara cangkok,maka guru dapat membagi murid kedalam bebrapa kelompok untuk menyiapkan beberapa bahan cangkokan dan nantinya setelah semua bahan terkumpul guru akan memberikan perintah untuk melakukan pencangkokan dengan dibimbing langsung oleh guru.
Para siswa akan cepat hafal tahap-tahap pencangkokan dengan praktik langsung karena mereka dapat mengetahui cara dan bentuk dari materi yang sedang mereka pelajari,dibandingkan dengan mereka hanya melihat gambar dari tahap cangkok. Walaupun metode ceramah lebih efisien namun metode ini kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika dilihat dari tingkat minat siswa,sepertinya siswadi Sekolah Dasar terutama di kelas rendah,  lebih tertarik dengan metode belajar dan bermain dibanding dengan metode yang biasa mereka peroleh selama ini yaitu ceramah yang membuat peserta didik menjadi jenuh dalam proses belajarnya. Hal ini dikarenakan usia peserta didik yang masih kecil menjadikan bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan sehingga guru perlu mengaplikasikan belajar dan juga bermain di dalam proses pembelajaran. Pada dasarnaya penerapan metode ini hanya terfokus pada kreatifitas guru untuk menciptakan permainan baru yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Dengan demikian guru dituntut untuk lebih aktif dalm menciptakan pembelajaran-pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi semua siswa.
Kembali lagi pada penerapan metode belajar dan bermain,sebenarnya guru tidak perlu memikirkan berbagai macam tempat untuk melaksanakan pembelajaran. karenaini semua dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah,di tempat itu sudah banyak media yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar yang mendukung. Selain itu dengan media-media lain juga dapat dilakukan pembelajaran dengan metodeseperti ini,misalnya saja guru menciptakan media sederhana yang tepat guna.Dan juga media tidak harus baru,dari barang-barang bekas juga bisa dijadikan bahan pembuatan media.Maka pembelajaran tidak perlu jauh-jauh ke tampat yang terdapat media yang sesungguhnya.Ini disiasati agar menghemat waktu dan juga biaya. Bayangkan saja apabila terdapat materi baru dan kita harus mendatangi tempat itu,betapa tidak efisiennya pembelajaran yang dilakukan dan waktu pun juga akan banyak yang terbuang sia-sia.
Pengambilan nilai sendiri dilakukan dengan cara mengamati siswa, apakah aktif dan hasil akhir. karena walupun dengan bermain,namun unsur pembelajaran tidak boleh dihilangkan. Hal yang perlu dicermati dalam pelaksanaan metode ini yaitu siswa jangan sampai terlalu larut dalam permainan,hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan materi yang ia pelajari. Inilah tugas guru untuk mengawasi siswa agar tetap pada kegiatan belajar walaupun dalam penerapannya diaplikasikan dengan bermain. Bermain yang dimaksudkan bukanlah bermain yang dilakukan anak-anak seperti kita ketahui bersama,namun bermain di sini terdapat unsure belajar atau dapat dikatakan permainan yang dilandasi oleh pembelajaran. Hingga pada akhirnnya tujuan pembelajaran dapat tercapai  dengan sempurna.
Didalam metode belajar dan bermain siswa akan lebih ditekankan untuk aktif dan merasakan pengalaman belajar langsung melalui pengalaman yang mereka alami. Pengalaman- pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan baru yang ada didalam alam dapat disisipkan dalam permainan. Selain itu didalam metode belajar dengan bermain siswa bisa diajak untuk bermain peran, bernyanyi, berdiskusi, memeragakan sesuatu, disitulah anak akan merasa lebih dekat dengan alam. Dan anak-anak akan merasa senang dan tidak mudah jenuh dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. IPA adalah pelajaran tentang alam. Jika anak dekat dengan anak maka anak akan terangsang dengan sendirinya untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar. Semakin mereka banyak tahu, semakin banyak pula yang ingin  mereka cari tahu lagi.   Untuk itu seorang guru sangat perlu untuk memiliki imajinasi dan kreatifitas untuk menciptakan metode-metode bermain yang nyaman untuk anak dan sesuai dengan pelajaran yang disampaikan. Selain itu guru juga harus memberikan peluang seluas luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberikan respon yang mengaktifkan semua siswa  secara positif dan edukatif. Karena itu merupakan salah satu trik dalam metode belajar dengan bermain.
Dari penerapan belajar dengan bermain IPA di Sekolah Dasar kususnya kelas rendah pendidik yang mempunyai dan memegang peran penting di dalam penerapanya, pendidik harus senantiasa mengembangkan kekreatifitasan,kemampuanya dan pengetahuanya tentang apa saja yang terdapat pada pelajaran IPA dan menguasai berbagai materi tntang IPA secara utuh,tepat dan memiliki, bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah atau akan diterapkanya  sehingga peserta didik dapat menerima materi dengan baik dan tepat sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Pendidik juga sebagai penanggung jawab yang memegang penuh situasi dan kondisi kelas yang diajarnya agar senantiasa peserta didik merasa senang dengan belajarnya dan membuat peserta didik betah dengan pelajaran yang dipelajarinya. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) banyak sekali cara menerangkan dan mengajarkanya, sebab didalam pelajaran IPA media-media untuk mengajar sangat mudah untuk ditemukan sebagai media mengajar yang salah satunya yaitu pembelajaran yang diselipi permainan didalam proses pembelajaran, dengan demikian belajar dengan bermain ckup baik untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas rendah Sekolah Dasar sebab dengan belajar yang diimbangi dengan permainan sehingga memudahkan bagi peserta didik untuk mengerti dan memahami materi yang diperolehnya baik secaara pemikiran maupun praktikny.

4.      Kelebihan dan kekurangan metode belajar dengan bermain IPA SD.
Sebutan Sekolah Dasar mengandung makna tempat yang nyaman untuk Belajar.Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu guru Sekolah Dasar  harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan.Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Hal diatas meupakan contoh perkembangan system belajar mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Namun dalam sekolah dasar sebenarnya tidak semua kelas memperoleh system belajar dengan bermain,hanya kelas rendah saja yang pada umumnya memperoleh karena mereka butuh penyesuaian dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.
Pemahaman mengenai konsep bermain tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai konsep bermain sudah barang tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak.Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pada saat bermain guru perlu mengetahui saat yang tepat untuk melakukan atau menghentikan intervensi. Apabila guru tidak memahami secara benar dan tepat, hal itu akan membuat anak frustasi atau tidak kooperatif dan sebaliknya. Melalui bahasa tubuh si anakpun kita sudah dapat mengetahui kapan mereka membutuhkan kita untuk melakukan intervensi.
Keuntungan yang diperoleh para siswa dari pembelajaran ini yaitu memperoleh pengalaman nyata yang dapat dirasakan langsung oleh oara peserta didik dan juga mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan,sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Selain itu siswa atau peserta didik dapat memperoleh pengetahuan serta pembelajaran yang baru dimana peserta didik tersebut senang dengan pembelajaran yang diajarkan kepada mereka serta mereka juga mendapatkan kegembiraan dalam setiap kegiatan belajarnya. Bukan hanya itu, belajar dengan bermain di kelas renndah Sekolah Dasar akan lebih memudahkan pendidik untuk menempatkan dirinya diantara para peserta didik sehingga diantara peserta didik dan pendidik akan memiliki hubungan yang lebih erat seperti hubungan dengan sahabatnya sendidri dimana antara pendidik dan peserta didik dapat berbaur dalam suatu situasi dimana pendidik akan bisa lebih mudah mengontrol perkembangan peserta didiknya dan mengetahui mana saja peserta didiknya yang lebih cepat bisa menerima materi yang diberikanya dan mana saja peserta didik yang kurang bisa memahami materi yang diberikan sehingga pendidik akan lebih mudah membimbing peserta didiknya agar peserta didiknya dapat menguasai materi yang diajarkanya secara menyeluruh tanpa ada yang tertinggal. Belajar dengan bernain pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Skolah Dasar khususnya da kelas rendah sedikit banyak bisa membantu peserta didik untuk berkembang dan lebih mudah mengenal alam sekitarnya, apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya alam, organ-organ tubuh yang ada baik flora maupun fauna, bagaimana mereka bisa menjaganya tanpa merusaknya dan dapat merawat alam atau lingkungan hidupnya agar semakin bersih dan nyaman untuk ditempati oleh makhluk hidup serta menjauhkan alam dari kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri yang secara masal menggunduli hutan yang menjadi tempat resapan air dimuka bumi dan menyebabkan terjadinya banyak sekali bencana alam, sebagai penerus generasi yang baru peran para peserta didik diharapkan bisa menjaga lingkungan sekitarnya dengan baik sehingga mulai sejak dini sudah tertanamkan pembelajaran seperti ini walaupun didalamya diselipkan atau dimasuku dengan permainan, dimana permainan itu berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang menjadi materi dalam belajarnya.
Jika dilihat dari tingkat minat siswa,sepertinya siswadi Sekolah Dasar terutama di kelas rendah,  lebih tertarik dengan metode belajar dan bermain dibanding dengan metode yang biasa mereka peroleh selama ini yaitu ceramah yang membuat peserta didik menjadi jenuh dalam proses belajarnya. Hal ini dikarenakan usia peserta didik yang masih kecil menjadikan bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan sehingga guru perlu mengaplikasikan belajar dan juga bermain di dalam proses pembelajaran.
Hal yang perlu dicermati dalam pelaksanaan metode ini yaitu siswa jangan sampai terlalu larut dalam permainan, hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan materi yang ia pelajari. Inilah tugas guru untuk mengawasi siswa agar tetap pada kegiatan belajar walaupun dalam penerapannya diaplikasikan dengan bermain.
Keuntungan yang diperoleh para siswa dari pembelajaran ini yaitu memperoleh pengalaman nyata yang dapat dirasakan langsung oleh para peserta didik dan juga mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan,sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Selain itu siswa atau peserta didik dapat memperoleh pengetahuan serta pembelajaran yang baru dimana peserta didik tersebut senang dengan pembelajaran yang diajarkan kepada mereka serta mereka juga mendapatkan kegembiraan dalam setiap kegiatan belajarnya. Bukan hanya itu, belajar dengan bermain di kelas rendah Sekolah Dasar akan lebih memudahkan pendidik untuk menempatkan dirinya diantara para peserta didik sehingga diantara peserta didik dan pendidik akan memiliki hubungan yang lebih erat seperti hubungan dengan sahabatnya sendiri dimana antara pendidik dan peserta didik dapat berbaur dalam suatu situasi dimana pendidik akan bisa lebih mudah mengontrol perkembangan peserta didiknya dan mengetahui mana saja peserta didiknya yang lebih cepat bisa menerima materi dan peserta didik yang kurang bisa memahami materi sehingga pendidik akan lebih mudah membimbing peserta didik agar dapat menguasai materi yang diajarkanya secara menyeluruh tanpa ada yang tertinggal.
     Belajar dengan bermain pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar khususnya da kelas rendah sedikit banyak bisa membantu peserta didik untuk lebih mudah mengenal alam sekitarnya, apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya, alam, organ-organ tubuh yang ada baik flora maupun fauna, bagaimana mereka bisa menjaga tanpa merusaknya dan dapat merawat lingkungan hidupnya agar semakin bersih dan nyaman untuk ditempati oleh makhluk hidup serta menjauhkan alam dari kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri yang secara masal menebang hutan secara ilegal yang menjadi tempat resapan air di bumi dan menyebabkan terjadinya bencana alam, sebagai generasi penerus, para peserta didik diharapkan selalu menjaga lingkungan dengan baik sehingga mulai sejak dini harus ditanamkan pembelajaran seperti ini walaupun didalamya diselipkan permainan, dimana permainan itu berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang menjadi materi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar, ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa(PBS) yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar. Fungsi pembelajaran IPA disekolah dasar antara lain adalah memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, lingkungan buatan dan yang terkaitan dengan pemanfaatannya bagi kegiatan sehari-hari, mengembangkan ketrampilan proses IPA, mengembangkan wawasan, sikap, nilai dan ketrampilan yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran IPA, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional kogkrit. Karena itu proses belajar mengajar perlu dihubungkan dengan kejadian sehari-hari. Menurut kurikulum 2004, pembelajaran IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Nash (1963)  dalam bukunya Nature of Natural Sciences  menyatakan bahwa sains adalah suatu cara atau metoda untuk mengamati alam. Nash menjelaskan bahwa cara sains meneliti alam mini secara analitis, cermat dan lengkap serta menggabungkan satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amatinya.
     Pengajaran IPA merupaka suatu cara atau metode berfikir diperkual oleh Einstein yang juga dikutip dalam buku Nash tersebut. Einstein berpendapat bahwa sains merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu system  pola pikir yang logis yaitu berfikir ilmiah. Ada enam pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA, yaitu : 1) Enam pilar pendidikan ( belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk dirinya sendiri ), 2) Inkuiri Sains, 3) Konstruktivisme, 4) Sains, tekhnologi dan masyarakat ( Salingtemas ), 5) Pemecahan masalah, 6) Pembelajaran Sains yang bermuatan nilai. Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan metode inkuiri atau permainan.Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan siswa.
Bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan siswa, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Hal diatas meupakan contoh perkembangan system belajar mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Namun dalam sekolah dasar sebenarnya tidak semua kelas memperoleh system belajar dengan bermain,hanya kelas rendah saja yang pada umumnya memperoleh karena mereka butuh penyesuaian dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.  Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat-tingkat berikutnya. Dalam proses perkembangan anak melalui bermain, akan ditemukan istilah sumber belajar (learning resources) dan alat permainan (educational toys and games). Mayke (1966) mengatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembang-kan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai konsep bermain sudah barang tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak. Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Dalam metode inkuiri atau permainan guru dapat berinteraksi lebih dekat dengan siswa. Dengan metode permainan siswa memiliki banyak kesempatan untuk melakukan,mengetahui, dan bekerjasama dengan temannya. Dalam metode belajar dengan bermain siswa akan merasa santai dan lebih dekat dengan sesamanya, dengan itu sangat memungkinkan terciptanya kondisi yang lebih kondusif dan efektif dari pada pembelajaran dengan metode ceramah,atau metode diskusi.
Metode belajar dan bermain sangat efektif dalam menyampaikan pelajaran IPA khususnya untuk Sekolah Dasar tingkat rendah, dimana anak masih sangat kental dengan bermain.Namun metode belajar dengan bermain tidak semuanya bisa berjalan dengan baik.Dan disinilah dapat kita ketahui beberapa kekurangan dari penggunaan metode belajar dan bermain. Kekurangan-kekerangannya antara lain:1) Membutuhkan ruang yang lebih besar. Untuk itu guru harus memiliki persiapan terlebih dahulu untuk menentukan tempat yang cocok dan sesuai dengan permainannya, Karena metode bermain membutuhkan ruang gerak yang lebih luas untuk siswa, 2) Menyita banyak waktu , karena untuk memulai permainan guru harus bisa mengatur siswa agar rapid an disiplin ketika metode bermain dan belajar ini berlangsung, 3) Membutuhkan pengawasan yang lebih ekstra. Karena anak jika berkumpul untuk bermain tanpa adny pengawasan dan pengontrolan yang baik dari guru akan menyebabkan keributan dan kesemrawutan dari siswa, 4) Membutuhkan pemahaman lebih dari guru,Apabila guru tidak memahami secara benar dan tepat, hal itu akan membuat anak frustasi atau tidak kooperatif dan sebaliknya, 5) Tidak cocok untuk semua tingkatan kelas. Metode bermain dan belajar ini sangat cocok dan efektif untuk siswa tingkat atau kelas rendah. Karena bertujuan untuk penyesuwaian anak dari tingkat taman kanak-kanan sampai memasuki tingkat rendah disekolah dasar. Agar anak tidak merasa canggung dan jenuh dengan pelajaran yang baru mereka jumpai, 6) Membutuhkan fariasi yang lebih banyak, Bagi guru itu sangat menguras fikiran, contohnya saja saat membuat metode permainan yang berfariasi. Disini guru sangat dituntut untuk selalu kreatif dalam menciptkn metode-betode bermain yang berfariasi, karena anak akan mudah jenuh jika metode bermainnya tetap,7) Kemungkinan tidak membawa hasil yang diharapkan bila siswa belum cukup pengalaman.

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.Dalam metode bermain dengan belajar banyak sekali manfaat yang sangat membantu guru dalam menciptakan keberhasilan pembelajaran, namun dengan adanya kekurangan guru diharapkan selalu pandai menempatkan diri, dan kreatif untuk mengurangi kekurangan-kekurangan tersebut.Banyak hal yang harus dilakukan guru dalam pemenuhan keberhasilan pembelajaran. Guru harus bekerja keras untuk menguras kreatifitas mereka untuk selalu menciptakan kondisi dan situasi yang kondusif, menciptakan anak yang selalu fokus dan memahami semua pelajaran yang diberikan. Dalam metode belajar dengan bermain untuk pelajaran IPA Sekolah Dasar juga membutuhkan sumber belajar untuk menambah kekuatan metode pembelajaran yang guru sampaikan.Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru (Sudono, 2000:7).Hamalik (1994:195), menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai oleh siswa, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan siswa lainnya, untuk memudahkan belajar.

Mudhofir (1992:13) menyatakan bahwa yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak (misalnya buku, brosur, pamlet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk non cetak (misalnya film, filmstrip, kaset, videocassette, dan lain-lain).Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan guru maupun siswa dalam mempelajari materi pelajaran, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran tersebut.
5.      PENUTUP
 Usia anakanaksangatmembutuhkanbanyakwaktuuntukbermaindenganteman-temannya,padahalwaktumerekadisekolahhanyadihabiskandidalamkelasuntukbelajar. Solusinyayaitudenganmenggunakanmetodebermaindalambelajar.Jadisiswatidakperlubelajarhanyaterpaku di dalamruangkelas,melainkan bias di luarkelas.Denganpenerapanbelajardenganbermainkhususnyapelajaran IPA SD padakelasrendahsangatberperanpentinguntukpengembangankreatifitasdankemampuananakdalammenerimapelajaran yang diberikankepadanyasehinggapesertadidiktidakmengalamikejenuhandalambelajarnyaselainitudapat member sedikithiburankepadapesertadidik di dalam proses pembelajaran, disampingitupesertadidikdapatlangsungmengpraktikandanmenerapkanapa yang sudah di dapatkanyadalambelajar.
Belajardenganbermainmerupakancara yang paling baikuntukmengembangkankemampuananakdidik. Bermainmerupakancaraalamiahuntukmenemukanlingkungan, orang lain, dandirinyasendiri. Padaprinsinya, bermainmengandung rasa senangdantanpapaksaansertalebihmementingkan proses daripadahasilakhir.
Pembelajarandenganbermain, itulahsebetulnya proses belajar-mengajar yang diharapkan di duniapendidikanSekolahDasar. Namundemikian, realitas di lapangan, adakecenderungan proses belajar-mengajarpadaanak-anakSekolahDasarkelasrendahsudahberubahmenjadipembelajaran yang seharusnyadilakukan di kelasatas,
Dalam proses perkembangananakmelaluibermain, akanditemukanistilahsumberbelajar (learning resources) danalatpermainan (educational toys and games). Mayke (1966) mengatakanbahwabelajardenganbermain member kesempatankepadaanakuntukmemanipulasi, mengulang-ulang, menemukansendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.


Memilih dan Memilah Prinsip Pembelajaran IPA SD yang Berprinsip pada Pendekatan Konstruktivisme



1.    Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Konstruktivistik merupakan landasan filosofi yang meyakini bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta konsep atau kaidah yang siap untuk diambi dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2002:10-11). Sedangkan Suparno (1997:28) mengatakan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.  

Dua tokoh konstruktivis adalah Piaget dan Vygotsky. Piaget yang dikenal dengan konstruktivis radikal, sedangkan Vygotsky dikenal dengan konstruktivisme sosial. Menurut Piaget (dalam dahar 1988:181), perkembangan intelektual anak didaarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Model konstruktivis Piaget dalam mengajar, hendaknya memperhatikan 8 hal berikut :
1.      Siapkanlah benda-benda nyata yang digunakan siswa
2.      Pilihlah pedekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak
3.      Perkenalkan kegiatan yang layak dan menarik dan berilah para siswa untuk menolak saran-saran guru
4.      Tekankan penciptaan pertanyaan-pertanyaan dan massalah-masalah seta pemecahannya.
5.      Anjurkan para siswa untuk saling berinteraksi
6.      Hindari istlah-istilah teknis dan berfikir
7.      Anjurkan para siswa berfikir dengan cara mereka sendiri
8.      Perkenalkan ulang materi dan kegiatan yang sama dalam beberapa tahun.
Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran
1.      Memusatkan perhatian pada proses berfikir anak, bukan sekedar pada hasil
2.      Menekankan pada pentingnya peranan siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran
3.      Memaklumi adaya perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan.
Sedangkan teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran yaitu siswa belajar menangani tugas-tugas yang dipelajari melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman dewasa. Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran:
1.      Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik
2.      Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menerapkan scafolding yaitu pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajarn, kemudian siswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
3.      Memaklumi adanya perbedaan perbedaan individu dalam hal kemajuan pemahaman.

Konstruktivisme bukanlah satu konsep baru. Ia berasal daripada bidang falsafah dan telah digunakan dalam bidang sosiologi dan antropologi dan juga dalam bidang psikologi kognitif dan pendidikan. Pada tahun 1710, ahli falsafah konstruktivis yang pertama, yaitu Giambatista Vico, mengatakan … “one only knows something if one can explain it” (Yager, 1999).
Pembelajaran bermakna (meaningful learning), mengikut John Dewey (1966), melibatkan “belajar dengan membuat” (learning by doing), yang kemudiannya dapat membantu pelajar berfikir dan membentuk kefahaman tentang masalah yang cuba dihuraikan. Dewey mempelopori gerakan “progresivisme” dalam pendidikan. Dalam keadaan yang sama, kita menyaksikan Jean Piaget (1951) lebih awal mengutarakan tentang perkembangan kognitif dalam karya terjemahan, “Play, Dreams and Imitation in Childhood” dan Vygotsky (1978) dalam “Mind in Society” yang dikaitkan dengan perspektif konstruktivisme dalam perkembangan minda kanak-kanak. Sejak satu setengah dekad yang lampau, di Amerika Serikat pengajaran dan buku teks telah diolah agar lebih menjurus kepada penggalakan proses berfikir, menyelesaikan masalah dan membina keupayaan untuk belajar. Inilah gerakan konstruktivisme yang sudah dilaksanakan di Amerika Syarikat, yang juga mengambil kira pemikiran Dewey dan Bruner. Dalam konteks tempatan, kita menyaksikan gerakan ini sudah bermula dalam pembelajaran sains dan matematik yang cuba menyemarakkan perspektif konstruktivisme.
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum, antara lain:
1.      Pelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada.
2.      Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3.      Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4.      Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.      Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6.      Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Konsttruktivisme mempunyai lima fase, yaitu:
1.      Guru menerka pengetahuan sedia ada murid pada permulaan sesuatu pelajaran melalui soal jawab atau ujian.
2.      Guru menguji ide atau pendirian murid melalui aktivitas yang menjabar ide atau pendiriannya.
3.      Guru membimbing murid menstruktur semula ide.
4.      Guru memberi peluang kepada murid mengaplikasikan ide baru yang telah diperoleh untuk menguji kebenarannya.
5.      Guru membimbing murid membuat refleksi dan perbandingan ide lama dengan ide yang baru diperoleh.

Menurut paradigma baru pendidikan peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya, tetapi harus mampu menjadi mediator dan fasilitator.
Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1.    Menyediakan pengalaman belajar yang memeungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
2.    Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watt & Pope, 1989).
3.    Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. (Suparno, 1997).

Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar.
1.        Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.
2.        Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.
3.        Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar juga di tengah pelajar.
4.        Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.
5.        Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. (Suparno, 1997).

2.    Pembelajaran dan Pengajaran Konstruktivisme
Pembelajaran dan pengajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme boleh dilaksanakan dengan memberikan perhatian kepada perkara-perkara berikut:
         Memberi peluang kepada pelajar mengemukakan pandangan tentang sesuatu konsep.
         Memberi peluang kepada pelajar berkongsi persepsi antara satu sama lain.
         Menggalakkan pelajar menghormati pandangan alternatif rakan mereka.
         Menghormati semua pandangan pelajar dan tidak memandang rendah terhadap pandangan mereka.
         Melaksanakan pengajaran berpusatkan pelajar.
         Menyediakan aktiviti-akativiti berbentuk “hands on” dan “minds on”.
         Mementingkan kemahiran saintifik dan kemahiran berfikir di kalangan pelajar.
         Menggalakkan pelajar merenung kembali proses pembelajaran yang dilaluinya.
         Meminta pelajar menghubungkait idea asal dengan idea yang baru dibina.
         Menggalakkan pelajar mengemukakan hipotesis.
         Tidak menyampaikan maklumat secara terus kepada pelajar.
         Memberi peluang pelajar berinteraksi dengan guru dan peljar-pelajar lain.
         Memberi perhatian kepada keperluan, kebolehan dan minat pelajar.
         Menggalakkan pelajar bekerja dalam kumpulan.
(Ramlah & Mahani, 2002)

3.    Prinsip-prinsip pembelajaran Konstruktivisme
Prinsip-prinsip kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan matematika. Prinsip-prinsip yang diambil adalah:
(1)     pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial,
(2)     pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar,
(3)     murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah,
(4)     guru sekadar membantu penyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1997).

4.    Prinsip-prinsip pembelajaran IPA SD
      Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah:
Prinsip 1: Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi. Karena itu, siswa perlu diberi kesempatan memperoleh pengalaman itu. Para siswa perlu dibuat agar aktif melakukan sesuatu agar memperoleh pengalaman.
Prinsip 2: Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
Prinsip 3:   Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
Prinsip 4: Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas Anda sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, symbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
Prinsip 5: IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur. Karena itu, Anda perlu mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Namun, perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat. Kita tidak mampu mengikuti secara terus-menerus perkembangan itu setiap saat. Dan, kalaupun mampu, menajdi pertanyaan besar adalah apakah semuanya disampaikan kepada siswa. Oleh karena itu, akan lebih baik jika siswa dibekali dengan keterampilan menemukan pengetahuan, yaitu: proses dan prosedur IPA. Proses menyangkut kegiatan penelitian. Sedangkan prosedur menyangkut metode ilmiah yang digunakan dalam kegiatan penelitian.
5.    Belajar IPA dalam paradigma konstruktivisme
Dalam paradigma absolutisme, siswa dianggap tidak memiliki pengetahuan apa pun ketika berada di awal proses pembelajaran. Ibarat sebuah botol kosong. Sebaliknya, dalam paradigma konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya sering diberi label pengetahun awal siswa. Pengetahuan awal ini diperolehnya dari sumber-sumber belajar yang tersedia di luar bangku sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya. Seperti juga Anda saat ini, Anda telah memiliki pengetahuan pembelajaran IPA. Pengetahuan itu Anda peroleh dari berbagai sumber, termasuk ketika Anda kuliah di program yang lain. Pendek kata, Anda tidak berawal sebagai botol kosong. Anda telah memiliki konsepsi awal tentang pembelajaran IPA.

Temuan umum penelitian dengan perspektif concept learning dapat dirangkum sebagai berikut. Setiap siswa datang ke pelajaran formal dengan membawa konsepsinya sendiri tentang fenomena alam. Konsepsi ini, pada umumnya berbeda dengan konsepsi ilmuwan. Konsepsi semacam ini ternyata tersebar merata menurut usia, kemampuan, gender, dan bahkan lintas budaya. Konsepsi semacam ini mirip dengan penjelasan para ilmuwan masa lampau. Konsepsi yang berakar pada pengalaman pribadi siswa dapat dikatakan sebagai endapan dari pergaulan sehari-hari termasuk pengajaran sebelumnya. Konsepsi yang dibangun siswa sebelum mengikuti pembelajaran dapat dikatakan sebagai pengetahuan awal para siswa tentang fenomena atau kejadian yang akan dipelajari.
Pengetahuan yang telah dimiliki siswa mengarahkan perhatiannya pada satu atau dua hal tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan siswa ini menjadi semacam ‘penyaring’ tentang hal-hal yang harus dipelajari. Selain sebagai penyaring, pengetahuan yang telah dimiliki juga menentukan bangunan pengetahuan yang baru dikonstruksi. Pengetahuan Anda tentang pembelajaran IPA dalam mempelajari sajian buku ini menjadi ‘filter’ untuk menyaring pengetahuan yang dipelajari dan menjadi salah satu faktor yang kuat dalam mengkonstruksi pengetahuan baru yang siswa miliki.
Proses belajar siswa sesungguhnya mirip dengan yang dilakukan para ilmuwan IPA, yaitu melalui pengamatan dan percobaan. Penelitian IPA adalah penelitian empiris. Siswa Sekolah dasar juga belajar IPA melalui investigasi yang mereka lakukan sendiri. Jika pengalamannya tidak memadai, maka pemahamannya juga tidap lengkap. Investigasi merupakan cara normal bagi siswa yang belajar.

Demikian juga, proses mengajar dalam paradigma konstruktivisme, siswa, seperti anak yang sedang belajar menaikkan layang-layang, aktif mencari pengetahuan (IPA) didampingi guru sebagai fasilitator yang juga aktif. Mereka secara bersama-sama terlibat aktif dalam dialog mencari ’kebenaran’ IPA. Mengajar berarti memberdayakan, mengajar untuk belajar.
Walaupun penerapan tradisi konstruktivis itu berbeda-beda, namun ada hal-hal yang sama. Ishii (2003) menyajikan kesimpulan Ernest tentang implikasi pedagogis dari tradisi konstruktivisme, yaitu:
1.      Peka dan perhatian terhadap pengetahuan awal siswa yang dibawa sebelum mengikuti pelajaran formal
2.      Penggunaan konflik kognitif untuk meremidi miskonsepsi. Tampak seperti membiarkan siswa mengalami kebingungan dalam berpikir, dan dari sana mereka akan menngembangan pemahamannya sendiri, atau paling tidak mencari jalan ke luar dari kebingungan.
3.      Perhatian terhadap ketakognisi dan strtegi self-regulation. Ini merupakan kosekuensi dari mengalami konflik kognitif siswa muali berpikir tentang cara berpikir yang digunakannya, dan menjadi bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri.
4.      Penggunaan berbagai macam representasi. Berbagai macam representasi mengahasilkan banyak ‘lorong’ menuju pengetahuan awal siswa.
5.      Kesadaran bahwa tujuan siswa belajar itu penting. Di kelas bukan tujuan guru tetapi tujuan siswa, mereka ingin mengetahui dan tahu manfaatnya.
6.      Kesadaran akan konteks sosial. Berbagai jenis pengetahuan muncul dalam berbagai macam kelompok sosial.

Ishii (2003) menawarkan ‘five guiding principles of constructivism’ yang dapat diterapkan di kelas.
1.      Posing problems of emerging relevance to students Dengan fokus pada minat siswa dan pengetahuan awal sebagai titik awal, siswa menjadi mudah terlibat dan termotivasi untuk belajar. Pertanyaan-pertanyan yang relevan diberikan kepada siswa untuk mendorong mereka berpikir dan mempertanyakan apa yang dipikirkan itu.
2.      Structuring learning around primary concepts Ini merujuk pada perancangan pelajaran di sekeliling ide atau konsep utama, daripada menyajikan berbagai topik yang terpisah-pisah satu dengan yang lainnya. Menggunakan konsep yang lebar memungkinkn siswa terlibat dari berbagai perspektif dan kemampuannya.
3.      Seeking and valuing students' points of view Prinsip ini memberi kesempatan mengakses penalaran siswa dan proses berpikirnya. Dengan cara itu, guru dapat menyusup lebih dalam agar belajar menjadi lebih bearti bagi siswa. Tentu saja Anda sebagai guru harus siap menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu.
4.      Adapting curriculum to address students' suppositions
Adapatasi kurikulum untuk menghargai gagasan siswa merupakan fungsi dari kebutuhan kognitif pada tugas-tugas spesifik dan hakikat pertanyaan siswa yang terlibat pada tugas tersebut.
5.      Assessing student learning in the context of teaching Dalam pengajaran tradisional, konteks belajar sering tidak berhubungan dengan assessment (penilaian). Assessmentyang autentik mestinya dapat dicapai melalui pengajaran, interaksi antara guru dan siswa siswa dengan siswa, serta pengamatan tentang tugas-tugas yang dilaksanakan siswa.

6.    Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Prinsip Konstruktivisme
Pembelajaran Koperatif
Vygotsky (1896-1943) menjelaskan pembelajaran koperatif sebagai “… group learningactivity organized on the socially structured exchange of information between learners in group and in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others.”
Koperatif berarti bekerja bersama untuk mencapai tujuanbersama. Pembelajaran koperatif pula ialah penggunaan kumpulan-kumpulan kecil dalam pengajaran supaya pelajar bekerja bersama-sama bagi memaksimumkan pembelajaran sendiri dan juga rakan-rakan lain. Dalam kumpulan pembelajaran koperatif, pelajar diberikan dua tanggung jawab, yaitu mempelajari bahan yang diberikan dan memastikan ahli-ahli kumpulan juga mempelajari bahan tersebut. Oleh yang demikian, seseorang pelajar itu berusaha mencapai faedah
bagi dirinya dan juga ahli kumpulannya. Persepsi pelajar dalam pembelajaran koperatif ialah mereka hanya akan dapat mencapai matlamat pembelajarannya, sekiranya ahli-ahli kumpulan belajar bersama. Mereka berbincang dan saling membantu antara satu sama lain untuk memahami dan saling menggalak supaya bekerja bersungguhsungguh Aktiviti pembelajaran berlaku dalam kumpulan heterogenus, iaitu tidak sama dari segi kebolehan, minat, bangsa dan agama (Slavin, 1991).
Pembelajaran koperatif biasanya berlaku dalam kumpulan di mana terdapat pelajar cerdas dan lambat. Dalam aktivitas pembelajaran, pelajar cerdas dikehendaki membantu pelajar lambat secara bersungguh-sungguh, kerana markah yang diperoleh oleh setiap individu dalam kumpulan akan menjadi markah kumpulan. Semangat bekerjasama menjadi semakin tinggi apabila kumpulan ini dikehendaki bertanding
dengan kumpulan lain. Kaedah pembelajaran ini menggunakan idea “scaffolding” dalam teori perkembangan kognitif Vygotsky, di mana pelajar yang cerdas akan membimbing pelajar lambat dalam zon perkembangan proksimal.
Dalam pembelajaran kooperatif, pelajar dibahagi-bahagikan kepada kumpulan kecil, di mana setiap kumpulan ditetapkan objektif pencapaiannya. Pembelajaran distrukturkan di mana objektif kumpulan hanya boleh tercapai jika semua ahli kumpulan dapat menyempurnakan tugas yang telah diarahkan guru. Gred akhir pelajar diperoleh dengan mengambil kira skor individu-individu dalam kumpulan.

Unsur-unsur kumpulan pembelajaran koperatif adalah seperti berikut:
1.      Interaksi bersemuka (face-to- face interaction).
2.      Saling pergantungan positif.
3.      Bertanggungjawab kepada pembelajaran sendiri.
4.      Kemahiran koloboratif perlu supaya ahli-ahli kumpulan dapat berfungsi dengan baik.
5.      Memastikan setiap ahli memahami proses kumpulan dan mempelajari dinamika kumpulan.
            Menurut Johnson & Johnson (1995:22-23), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut ini:
1.      Saling ketergantungan yang bersifat positif antarsiswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2.      Interaksi siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antarsiswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan mebantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberi bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa membutuhkan bantuan akan mendapat dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3.      Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membentu siswa yang membutuhkan bantuan dan bahwa siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya
4.      Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa juga dituntut belajar bagaimana berinteraksi dengan kelompok lain dalam kelompoknya. . Bagaimana siswa bersikap sebagai  anggota kelompok dan menyampaikan idemkelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5.      Proses kelompok. Belajar  kooperatif atidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995:5) adalah sebagai berikut:
1.      Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2.      Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesya kelompok terantung pada belajar individual semua anggota keompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.
3.      Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan hasil belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa sisa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
            Belajar kooperatif mempunyai beberapa kelebihan.
Kelebihan belajar kooperatif menurut Hill & Hill (1993:1-6) adalah:
1.      Meningkatkan prestasi siswa
2.      Memperdalam pemahaman siswa
3.      Menyenagkan siswa
4.      Mengembangkan sikap kepemimpinan
5.      Mengembangkan sikap positif siswa
6.      Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri
7.      Membuat belajar secara inklusif
8.      Mengembangkan rasa memiliki, dan
9.      Mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Johnson & Johnson (1994:30) menyatakan bahwa belajar kooperatif sangat diperlukan karena dengan belajar kooperatif :
1.      Siswa dapat belajar lebih banyak
2.      Siswa lebih menyukai lingkungan persekolahan
3.      Siswa lebih menyukai satu sama lain
4.      Siswa mepunyai penghargaan yang lebih besar terhadap diri sendiri, dan
5.      Siswa belajar keterampilan sosial secara lebih efektif
Menurut Ibrahim, dkk (2000:16) belajar kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar daripadadengan belajar kompetitif dan individualistik. Lebih lanjut, Ibrahim dkk (2000:16-17) menyatakan bahwa belajar kooperatif dan hubungan yang lebih baik antarsiswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru. Ratumanan (2002:42) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur (2005:15) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antarsuku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antarsiswa normal dan siswa penyandang cacat.
Johnson & Johnson(1994:44) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat digunakan dalam setiap jenjang pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai pergururan tinggi, dalam semua  bidang materi dan dalam sebarang tugas. Selain itu, Slavin  (1995:4) menyatakan bahwa belajar kooperatif  telah digunakan secara intensif pada setiap subjek pendidikan, dalam semua jenjang pendidikan dan pada semua jenis persekolahan di berbagai belahan dunia
Hal ini mendorong perlunya pelaksanaan belajar kooperatif dalam pembelajaran.  Pelaksanaan belajar kooperatif sangat diperlukan karena dengan belajar kooperatif dapat diperoleh : (1) siswa dapat belajar lebih banyak, (2) siswa lwbih mwnyukai lingkungan persekolahan, (3) siswa lebih menyukai satu sama lain, (4) siswa mempunyai penghargaan yang lebih besar terhadap diri sendiri, dan (5) siswa belajar ketrampilan social secara lebih efektif ( Johnson & Johnson,1994 : 30 )
Davidson (1991:53-61) memberikan sejumlah implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut :
1.      Kelompok kecil member dukungan social untuk belajar
2.      Kelompok kecil menawarkan kesempatan sukses bagi semua siswa
3.      Masalah idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif.
4.      Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah yang brmanfaat.
5.      Ruang lingkup mata pelajaran dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang menantang bila didiskusikan
6.      Memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, menjelajahi situasi yang tidak terbatas, untuk melakukan konjektur dan mengujinya dengan data, unuk mengajukan masalah-masalah yang membangkitkan minat, dan untuk memecahkan maalah yang tidak rutin.

Selain mempunyai kelebihan, belajar kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Dees (1991:411) beberapa kelemahan belajar kooperatif adalah :
1.      Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum
2.      Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak mau menggunakan strategi belajar kooperatif.
3.      Membtuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru bias melakukan atau menggunakan strategi belajar koperatif
4.      Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama

Meskipun belajar kooperatif memiliki kelemahan-kelemahan, namun masih dapat di atasi atau diminimalisir. Penggunaan waktu yang relative lama dapat diatasi dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja dengan efektif dan efisien, kelompok dibentuk sebelum pembelajaran dan penggunaan waktu diatur secara ketat untuk setiap pembelajaran.

Penerapan belajar kooperatif memang memerlukan ketrampilan khusus dari guru jadi tidak semua guru yang menerapkan belajar kooperatif. Meskipun demikian guru dapat dilatih untuk penerapan belajar kooperatif. Sedangkan untuk kelemahan yang terakhir dapat diatasi dengan sosiologis bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Oleh sebab itu siwa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja sam dalam belajar secara kooperatif.

Perencanaan Pembelajaran Kooperatif

Perencanaan untuk pembelajaran koopertif ini melibatkan 5 tahapan yaitu:
1.      Menentukan tujuan khusus
Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif didesain untuk mencapai tiga tujuan utama yaitu mengembangkan ketrampilan penemuan (inkuiri), mengembangkan ketrampilan bekerja sama, dan memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi
2.      Merencanakan pengumpulan informasi
Pemecahan masalah dari inkuiri tidak terjadi dalamkekosongan informasi. Siswa memerlukan akses terhadap informasi yang dapat digunakan untuk mengarahkan usaha mereka. Pengumpulan informasi dapat berupa mengoleksi buku-buku teks atau bekerjasama dengan pihak perpustakaan untuk memastikan bahwa sumber-sumber  yang dibutuhkan tersedia
3.      Membentuk kelompok
Pembentukan kelompok disesuaikan dengan tipe dan jenis pembelajaran kooperatif. Langkah pertama untuk mencapai tujuan tersebut adalah membentuk kelompok dengan anggota yang beragam
4.      Mendesain aktivitas kelompok
Pembelajaran kooperatif membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi. Dalam kelompok, siswa harus bekerjasama dalm membuat keputusan mengenai peran mereka
5.      Merencanakan aktivitas kelompok secara keseluruhan
Aktivitas ini di desain agar siswa mengerti tujuan aktivitas dan bentuk hasil yang diharapkan.

          Belajar kooperatif mempunyai kelemahan yang disebut dengan efek “free rider”(Slavin,1995:19). Efek free rider dapat terjadi dalam belajar kooperatif dimana seorang siswa bekerja keras untuk menyelesaiakn tugas kelompok, sedangkan siswa yang lain sedang asyik melakukan aktivitas yang lain yang tidak ditugaskan. Efek free rider dapat diartikan sebagai tindakan membonceng oleh siswa terhadap kerja teman sekelompoknya. Untuk menghindari efek ini, di anjurkan dalam satu kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan tugas yang berbeda. Selain itu, pengawasan guru sangat diperlukan.